Pada zaman pendudukan Jepang tahun 1942, ruang bawah tanah gedung Lawang Sewu sebelumnya merupakan saluran pembuangan air yang menjadi penjara bawah tanah sekaligus saluran pembuangan air. Gedung ini juga menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang yang terkenal dengan sebutan Pertempuran Lima Hari di Semarang .Perjalanan pertama dari pintu utama menuju lantai dua, melewati sebuah anak tangga yang didepannya terdapat sebuah dinding kaca grafir dengan ornamen ukiran yang indah dan warna-warni yang masih asli. Kaca grafir atau kaca patri ini kondisinya masih baik dan terawat, konon dibawa langsung dari negeri Belanda pada saat pembangunan Lawang Sewu ini.Di lantai dua bangunan Lawang Sewu, kami berjalan menelusuri lorong dan pintu sambil dijelaskan oleh pemandu mengenai sejarah bagunan Lawang Sewu ini. Menurut pemandu, bangunan Lawang Sewu ini sedang direnovasi dan kemudian akan kembali digunakan menjadi kantor PT KAI (Kereta Api Indonesia).Perjalanan kami lanjutkan menelusuri lorong dan pintu yang tak terhitung jumlahnya hingga sampai pada sebuah ujung bangunan yang terdapat sebuah jembatan penghubung ke gedung yang satunya lagi.
Thursday, February 21, 2013
Wednesday, February 13, 2013
Cagar Budaya Lawang Sewu
Lawang Sewu Tidak Pernah bosan - Gedung cagar budaya Lawang Sewu yang dibangun 1902 di Semarang, dinyatakan selesai dipugar. Ani Yudhoyono dalam sambutan pembukaannya mengharapkan pemugaran Lawang sewu ini dapat menghilangkan kesan seram dan angker yang selalu ditonjolkan.Dengan adanya pemugaran ini diharapkan Lawang Sewu tidak terkesan seram, angker dan kusam. Karena Lawang Sewu juga merupakan salah satu cagar budaya yang wajib kita lindungi.Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, mengatakan usai dipugar cagar budaya ini harus mempunyai manfaat bagi kesejahteraan rakyat.Bangunan ini harus bermanfaat, selain manfaat kebangaan atas nilai sejarah yang tinggi, juga ke depan Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata unggulan.
Subscribe to:
Posts (Atom)